Senin, 23 Desember 2013

Mempersiapkan Diri Menuju Pernikahan

Di copas dari: Materi Halaqoh Tarbiyah.

“Dan diantara sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT,
 Dia menciptakan pasangan dari jenis kalian sendiri,
 supaya kalian betah tinggal bersamanya. Dan Dia menciptakan
diantara kamu rasa cinta dan kasih. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran  Allah
bagi orang-orang bagi orang-orang yang berfikir”
(QS. Ar-Ruum:21)

Pernikahan dan rumah tangga selalu menjadi harapan dan problema utama bagi remaja, orang tua, bahkan negara. Si remaja bingung menghadapi tantangan dalam pernikahan. Orang tua pusing dengan keinginan anaknya. Negara pun sering direpotkan dalam menghadapi masalah yang satu ini.  Untuk mengatasi tantangan ini dibutuhkan pengetahuan tentang tiga hal yaitu:

Fungsi Keluarga

Sebuah keluarga dapat menjadi surga atau neraka bagi penghuninya. Untuk menjadikan keluarga sebagai surga, ia harus melakukan empat fungsi, yaitu:

Fungsi Fisiologis

- Tempat berteduh
- Tempat mendapatkan makan, minum, dan pakaian
- Tempat suami istri saling memenuhi kebutuhan biologis

Fungsi Psikologis

- Penerimaan sosial
- Rasa aman dan nyaman
- Dukungan psikologis
- Basis pembentukan : identitas, citra, dan konsep diri

Fungsi Sosiologis

- Institusi Pendidikan
- Institusional terkecil
- Masyarakat islam

Fungsi Dakwah

- Obyek dakwah pertama
- Partisipan dakwah
- Antibodi virus kejahatan
- Model keluarga muslim ideal

Latar belakang Pernikahan

- Fitrah Kauniyyah

Fitrah kauniyyah adalah realitas fitriyah sebagai naluri yang dibekalkan sejak azali kepada setiap makhluk hidup.


- Haajah Basyariyyah

Naluri seksual merupakan salah satu potensi makhluk hidup. Bahkan gejolak instinktif syahwat manusia tumbuh dan berkembang secara alamiyah, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikisnya, serta stimulusnya eksternal.

- Fariidlah Syar’iyyah

Islam mengharamkan seorang muslim untuk menahan diri dari pernikahan dan berzuhud dengan niat melakukan ruhbaaniyyah, menyepi hanya beribadah dan mendekatkan diri kepada allah. Terlebih apabila ia mampu dan memperoleh kemudahan untuk melaksanakannya.

- Dlaruurah ad Da’aawiyyah

Pernikahan adalah bagian integral da’wah. Mengingat Al-islam adalah agama dak’wah atau missi, maka setiap pribadi muslim adalah da’i atau misionaris, sehingga menuntut untuk selalu mengaitkan pernikahan dan   kerumahtanggaan itu kepada aktivitas dakwah islamiyyah yang diembannya.

Proses Persiapan Pernikahan

-Fisik

·         Alat reproduksi

Yakinkan sebelum menikah bahwa alat reproduksi berfungsi dengan normal. Karena didalam islam istri boleh menuntut cerai kepada suaminya apabila alat reproduksinya tidak berfungsi dengan normal. Kalau kejadiannya dipertengahan rumah tangga  boleh dipertahankan hingga 2 tahun.

·         Fisik secara umum

Pernikahan tidak hanya memuaskan kebutuhan biologis tapi juga keturunan, sehingga hal-hal yang sifatnya umum seperti jantung, paru-paru dll harus diketahui sebelumnya. Bahkan Islam menganjurkan agar kita mengetahui bau badan calon pasangannya terutama bau mulut dan ketiaknya. Islam menganjurkan ketika kita sudah masuk usia baligh untuk melukan olah raga yang keras seperti berkuda, memanah, dan berenang. Ini untuk membangun sipat maskulin pada laki-laki.

·         Psikologis

Maksudnya adalah kematangan tertentu secara psikologis untuk menghadapi tantangan–tantangan yang besar. Karena setelah kita berkeluarga status kita akan berubah, kita menjadi suami, ayah, menantu, disini dituntut jiwa kepemimpinan didalam rumah tangga. Kebebasan prilaku, waktu ketika bujang tidak lagi berlaku setelah menikah. Sehingga yang sangat penting untuk disiapkan adalah menjaga keseimbanagan antara ambivalensi emosi/perasan jiwa.




·         Pemikiran

Seseorang yang ingin menikah harus sudah memiliki dasar pemikiran yang jelas tentang

·                     Visi Idiologisnya

Seorang muslim harus mengetahui bahwa dia seorang muslim dan mengapa dia muslim. Orang menjadi muslim berdasarkan cultural, emosional, ilmu. Kita harus berafiliasi dengan islam berdasarkan ilmu.

·                     Visi Kepribadian

Orang yang ingin menikah harus memiliki konsep diri yang jelas, mengetahui kelebihan, kekuarangan, hambatan dan peluang dirinya. Kalau sudah memiliki konsep diri yang jelas maka ia akan realistis terhadap dirinya, dan dia akan bisa menerima dan memahami orang lain (pasangannya). Yang pada akhirnya dia akan mencari pasangan yang tepat buat dirinya bukan pasangan yang ideal/unggul.

·                     Visi Pekerjaan
           
Orang yang mau menikah harus memiliki konsep pekerjaan yang realistis. Tidak mesti mapan yang penting dia sudah mengetahui dan mengalami bagaimana mendapatkan uang dan untuk keperluan dirinya dan cara mendapatkan uang lebih untuk kepentingan yang
lainnya.

·                     Visi Pernikahan

                        Orang yang mau menikah minimalnya harus mengetahui tiga hal yaitu :

-          Hak dan kewajiban suami istri
-          Pendidikan anak
-          Kesehatan dan seksualitas

·                     Finansial

Pernikahan tidak hanya kerja cinta tapi juga kerja ekonomi. Jadi sebelum menikah harus sudah tahu terlebih dahulu bagaimana mendapatkan uang. Dan memiliki proyeksi yang jelas terhadap peluang yang dapat dijadikan sumber finansial.

Kamu

-->
Kamu
Kamu, iya kamu
Kamu yang disana
Kamu apa kabar?
Kamu baik kah?
Kamu masih sama kah?
Kamu nmasih seperti dulu kah?

Kamu
Kamu, iya kamu
Kamu yang disana, ukan yang lain
Kamu yang selalu tersebut dalam doaku
Kamu yang selalu ada di otakku
Kamu, kamu, kamu, dan kamu, selalu kamu.

Aku
Aku yang heran
Aku yang rindu
Aku yang bingung
Aku yang resah
Aku yang terdiam
Aku yang heran sangat
Aku yang rindu sangat
Aku yang bingung sangat
Aku yang resah sangat
Aku yang terdiam sangat

Aku
Aku heran, kenapa terfikir kamu selalu
Aku rindu, akan semua kenangan
Aku bingung, akankah kita bersatu lagi kelak?
Aku resah, akankah kita bersatu lagi kelak?
Aku terdiam, memikirkan itu semua
Aku terdiam, seringkali, namun akhirnya sadar
Aku pasrahkan saja, semuanya, padaNya..

Masihkah


Apa kabar hati?
Masihkah ia tertaut padaNya?
Masihkah ia bersih dari maksiat padaNya?
Masihkah?

Apa kabar mata?
Masihkah ia menangis karena takut padaNya?
Masihkah ia melihat yang diridhoiNya?
Masihkah ia melihat tanda tanda kebesaranNya?
Masihkah?

Apa kabar mulut?
Masihkah ia membaca kalamNya?
Masihkah ia mengatakan yang baik?
Masihkah ia senantiasa berdzikir?
Masihkah ia mengucapkan syukur atas nikmatnya?
Masihkah ia mengingatkan orang lain dalam kebaikan?
Masihkah ia terjaga?
Masihkah?

Apa kabar telinga?
Masihkah ia mendengar yan diridhaiNya?
Masihkah ia mendengar nasihat orang lain?
Masihkah ia mendengarkan lantunan kalamNya?
Masihkah?

Apa kabar akal?
Masihkah ia memikirkan ciptaaNya?
Masihkah ia merenungi keagunganNya?
Masihkah?

Apa kabar tangan?
Masihkah ia senantiasa menolong makhlukNya?
Masihkah ia tak menyakiti orang lain?
Masihkah ia digunankan dijalanNya?
Masihkah?

Apa kabar kaki?
Masihkah ia melangkah ke majelis IlmuNya?
Masihkah ia melangkah memenuhi panggilanNya?
Masihkah?

Apa kabar tubuh?
Masihkah ia bergetar mendengar kalamNya?
Masihkah ia digunakan dijalanNya?
Masihkah?
Apa kabar diri?
Yang memiliki ‘mereka’ ?
Masihkah ia ingat akan hari itu?
Hari dimana mulut terkunci,
Dan ‘mereka’lah yang bersaksi,
Tentang semua telah mereka perbuat,
Semuanya, tak ada yang terlewat.
INGATKAH ????